TUGAS KEBUDAYAAN
Tugas
kebudajaan<br><br>
Allah
memberikan tugas kebudajaan kepada manusia. Alkitab mengatakan kepada kita,
bahwa Allah mendjadikan manusia menurut gambar Allah dan serupa dengan
Allah (Kedjadian 1: 26, 27). Dalam Kedjadian 1:28, dalam hubungan jang
sangat erat dengan pendjadian manusia menurut gambar Allah itu, diberikanlah
kepada manusia tugas kebudajaan, jakni: taklukkanlah dan perintahkanlah bumi. <br><br>
Djadi
manusia itu menerima suatu mandat dari Allah jang mentjiptakannja, dan mandat
itu ialah mandat kebudajaan. Mandat kebudajaan itu diuraikan lebih landjut
dalam Kedjadian 2: 15 sbb.: ,,Tuhan Allah mengambil manusia itu dan
menempatkannja dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman
itu". Bumi ini bukanlah milik manusia. Bumi ini milik Tuhan, dan Tuhan
menghendaki supaja manusia, atas nama Tuhan, mengolah, mengusahakan, mengerdjakan
bumi ini dengan segala kemungkinan³nja jang tersimpan didalamnja. Untuk
memenuhi tugas itu haruslahmanusia
memulainja ditaman Firdaus. Taman Eden adalah masa-awal daripada suatu keadaan<br><br>
alam.
Alam harus didjadikan kebudajaan. Taman itu harus didjadikan kota. Sedjarah mulai di Taman Eden
dan berachir di Jerusalem Baru, ibu-kota Keradjaan Allah. Didalam Alkitab, Taman
Eden dipandang sebagai awal dunia jang berpenghuni. Dari Taman Eden pandangan
kita se-akan² dapat me-liputi seluruh dunia. Semuanja masih belum bertanam, belum bertuan. Tetapi Allah berfirman:,,Mulailah
engkau mengerdjakan bumi dari sini. Pergunakanlah segala kemungkinan didalam
alam jang telah Kudjadikan ini". Dan terkilaslah<br><br>
se-akan²
didalam angan² kita segala alat jang dibuat oleh manusia sepandjang sedjarah
atas perintah Allah untuk mengusahakan segala sesuatu, tjangkul, badjak dan
traktor, palu dan arit, pesawat radar dan mesin elektronik, tetapi djuga palet
pelukis dan alat2 musik, alat2 dalam laboratorium kimia<br><br>
dan
pusat penjelidikan ilmu hajat dan lain²nja. Sebab seluruh kemungkinan didarat,
laut dan udara, didalam djiwa, badan dan sukma harus diselidiki dan diusahakan.
Didalam Alkitab sangat ditekankan, bahwa tugas kebudajaan itu suatu tugas jang
langsung dari Allah kepada kita, Hal itu mempunjai arti jang sangat penting
bagi etika kebu dajaan. Barangsiapa menolak bekerdja dalam tugas kebuda-jaan
itu adalah orang jang melalaikan kewadjiban, orang jang mogok kerdja, penjabot
dan pembolos atau pendesersi dari dinas pengabdian kepada Allah. Allah
menghendaki supaja kita mengusahakan kebudajaan. Djustru untuk itulah Ia
mendjadikan manusia. Manusia jang tidak mengusahakan kebudajaan adalah hamba jang
malas, karena ia menghindar- kan diri dari panggilannja. Pandangan Alkitab
terhadap tugas kebudajaan itu makin djelas bagi kita, apabila kita misalnja
memperhatikan apa jang lazim disebut mitos² kebudajaan daripada bangsa<br><br>.
Dalam banjak mitos kebudajaan
dipandanglah permulaan kebudajaan sebagai suatu perampasan, jakni manusia
meram- pas dewa²; atau sebagai tipu muslihat, dengan tipu muslihatitu manusia
memperoleh hikmat atau kebidjaksanaan ilahi. Dalam banjak mitos kebudajaan Asia
dikisahkanlah timbulnja kebudajaan itu sebagai berikut: Seorang dewi kajangan turun
kedunia, lalu mandi dalam suatu kolam. Datanglah seorang laki². Dengan
litjiknja ia mentjuri pakaian dewi itu. <br><br>
Maka
terpaksalah dewi itu tetap tinggal didunia. Seorang radja memperisterinja dan
dengan demikian manusia memperoleh hikmat para dewa dan mulailah kebudajaan. Sebuah
mitos kebudajaan jang terang sekali adalah mitos<br><br>
Junani
jang mentjeritakan tentang Prometheus, anak Zeus, dewa tertinggi. Dalam mitos
itu Prometheus digambarkan sebagai anak jang memberontak. Ia memihak manusia.
Ia mentjuri api dari kedewataan untuk manusia, maka manusi dapat membuat alat²
dan pesawat². Peristiwa itu membang-
kitkan
amarah Zeus, sehingga ia menjuruh membelenggu Prometheus pada batu karang bukit
VKaukasus. Achirnja datanglah Hercules membebaskan dia. Didalam mitos
kebudajaan jang termasjhur ini dipandanglah kebudajaan sebagai perampasan,
sebagai pemberontakan
terhadap
Allah atau para dewa, sehingga para dewa men djadi marah dan tjemburu. Allah
jang hidup, jang menjatakan diri dalam Alkitab,adalah Allah jang tidak dengan
tjemburu memandang pe-
menuhan
tugas kebudajaan; Allah jang hidup itu adalah Allah jang mendjadikan manusia
dengan mata jang dapat melihat, dengan otak jang dapat berpikir, dengan tangan jang
dapat membangun, supaja manusia itu, atas nama Tuhan, menaklukkan dunia
kepadanja. Allah, Sang Pentjipta, ada-
lah pula
Pemberi tugas kebudajaan. <br><br>
Post a Comment for "TUGAS KEBUDAYAAN"